Showing posts with label Sastra. Show all posts
Showing posts with label Sastra. Show all posts

Pengertian Hegemoni Menurut Para Ahli

Menurut Grmasci (dalam Patria dan Arief, 2015:117) mengungkapkan hegemoni sebagai supermasi sebuah kelompok yang mewujudkan diri dalam dua cara yaitu sebagai ‘dominasi’ dan sebagai ‘kepemimpinan intelektual dan moral. Di satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk ‘menghancurkan’ atau menundukkan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata; di lain pihak, kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. 

Lebih lanjut Patria dan Arief (2015:117) mengemukakan bahwa sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah menerapkan “kepemimpinan” sebelum memegang kekuasaan pemerintahan (kepemimpinan tersebut merupakan salah satu dari syarat-syarat utama untuk memenangkan kekuasaan semacam itu). Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan, tapi bahkan bila dia telah memegang kekuasaan penuh di tangannya, dia masih harus terus “memimpin” juga.

Menurut Kurniawan (2012:71) mengemukakan bahwa hegemoni dalam bahasa Yunani kuno disebut ‘euge-mania’ yang menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota (polis) secara individual. Hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara integritas dalam negara “pemimpin” Patria dan Arief, (2015:115-116).

Menurut Faruk (2013:142) mendefinisikan hegemoni sebagai sesuatu yang kompleks, yang sekaligus bersifat ekonomik dan etis-politis. Kompleksitas ini terjadi, karena prinsip yang dipegang teguh oleh Gramsci untuk menyatukan dan menyempurnakan pendapat Marxim ortodoks dan filsafat liberal.

Gambar: Pengertian Hegemoni

Menurut Fontana dalam Erika (2013:20) hegemoni adalah sebuah perumusan dan penjabaran mengenai konsepsi moral dan intelektual dan budaya yang mengubah pandangan masyarakat berubah menjadi cara hidup dan bentuk karakteristik setiap orang. Hegemoni, pada kenyataannya, justru lebih sintesis dari pada antitensis yang menempatkan keseluruhan perbedaan anatara pikiran dan tindakan, etika dan politik, budaya dan orang-orang. Hegemoni pada dasarnya dipahami seagai perbedaan dimana kelompok-kelompok sosial yang dominan membentuk suatu sistem “persetujuan permanen” yang melegitimasi suatu tatanan sosial yang berlaku dengan meliputi jaringan yang kompleks dan saling memperkuat ide-ide terjalin ditegaskan dan diartikulasikan oleh para intelektual Fontana (dalam Erika, 2013: 20).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Gramsci mengakui bahwa dalam suatu hegemoni harus ada dua komponen yang saling berkaitan yaitu “dominasi” dan “kempemimpinan moral dan intelektual”. Kepemimpinan moral dan intelektual diperlukan untuk menjalin sebuah kesepakatan, sedangkan dominasi diperlukan juga untuk mengatur bawahan yang tidak melakukan perintah penguasa. Namun, dominasi tidak boleh lebih menonjol dari pada kepemimpinan moral dan intelektual, karena dapat menciptakan pemerintahan yang otoriter. Oleh karenanya diperlukan keseimbangan terhadap keduankomponen tersebut.


Sumber: Arief,  Nezar  Patria  dan  Andi.  2003. Antonio  Gramsci  Negara  &  Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sekian uraian tentang Pengertian Hegemoni Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian Latar Menurut Para Ahli

Latar adalah salah satu unsur struktural karya sastra. Kehadirannya menjadi penting, karena akan mendukung tokoh dalam mengemban peristiwa. Dengan adanya latar, maka tindakan yang dilakukan tokoh menjadi jelas. 

Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Mido (dalam Sehandi, 2016:56) mengemukakan bahwa latar adalah gambaran tentang tempat waktu, dan situasi terjadinya peristiwa. Semakin jelas dan menarik latar yang digambarkan pengarang, maka kualitas karyanya akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kabur latar yang digambarkan, maka kualitas karya sastra akan semakin rendah.

Selanjutnya Aminuddin (2013:67) mengemukakan setting adalah latar peristiwa dalam karya fiktif, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa. Sebagaiman tema, tokoh dan penokohan, setting pun bersifat fiktik. Setting memiliki dua fungsi. Fungsi pertama adalah fungsi fisikal. Fungsi kedua adalah fungsi psikologis. Fungsi fisikal adalah fungsi yang menggambarkan setting secara konkret atau dapat dilihat secara kasat mata, sedangkan fungsi psikologis adalah fungsi yang menggambarkan setting secara abstrak atau tidak dapat dilihat secara kasat mata (hanya bisa dirasakan). 

Berbeda dengan Aminuddin, Abrams (dalam Siswanto, 2013:135) mengemukakan latar cerita adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.

Gambar: Pengertian Latar

Pendapat lain dikemukakan Leo Hamalin dan Frederick R. Karel (dalam Aminuddin, 2013:68) bahwa setting karya sastra bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun problem tertentu. Contohnya, ketika seorang anak perempuan belum pulang ke rumah, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 24.00, maka orang tua terutama ibu akan merasa gelisah dan sedih. Latar dihadirkan dalam suatu cerita dengan maksud atau tujuan. Maksud atau tujuan itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, latar dihadir untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya. Kedua, latar dihadirkan, karena mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita. Ketiga, latar dihadirkan untuk menciptakan atmosfer yang bermanfaat (Tarigan, 2011:137).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah cerita akan senantiasa berlangsung pada ruang, waktu, suasana, serta adat istiadat. Latar ruang dapat berupa tempat tinggal, desa, kota, atau wilayah yang lebih luas. Latar waktu dapat berupa siang, malam, hari, bulan atau tahun. Bahkan waktu dapat menunjukkan lamanya cerita berlangsung, sejam, sehari, sebulan, dan beberapa tahun. Latar suasana dapat berupa cuaca atau periode sejarah. Sementara adat-istiadat dapat berwujud benda-benda, cara berpakaian, dan cara berbicara dalam kehidupan sehari-hari.


Sumber: Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sekian uraian tentang Pengertian Latar Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian Penokohan Menurut Para Ahli

Dalam memahami suatu karya sastra, pembaca tidak semata-mata hadir untuk mengetahui tokohnya saja, yang lebih terpenting adalah memahami penokohannya. Melalui penokohan, pembaca dapat mengetahui karakter, tabeat, atau sifat yang diperankan tokoh. 

Tujuannya agar pembaca menikmati kisah yang terjalin dalam sebuah karya sastra. setiap pengarang ingin agar pembaca memahami setiap karakter dan motivasi dalam karyanya dengan benar. Artinya, tokoh akan bertindak sesuai dengan motivasinya. 

Motivasi diartikan sebagai sebuah alasan atas reaksi baik disadari maupun tidak. Penggambaran alasan atas reaksi tokoh dapat dicermati melalui bahasa dan sikapnya (Stanton, 2012:34).

Gambar: Pengertian Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan karakter atau watak tokoh-tokohnya. Watak yang digambarkan dalam karya sastra bersifat rekaan, fiksi, dan sengaja dibuat-buat. Meskipun telah mengetahui bahwa sebenarnya watak yang digambarkan tidak sepenuhnya benar, bahkan tidak benar, tetapi pembaca tetap menikmati watak-watak yang dimiliki setiap tokoh. Hal itu disebabkan oleh adanya kesamaan watak tokoh dalam karya sastra dengan watak tokoh dalam kehidupan nyata, yang sengaja dibuat pengarang, agar pembaca merasakan bahwa sebenarnya tokoh-tokoh itu adalah representasi kehidupan nyata. Pengarang berusaha membangun sebuah totalitas perwatakan pada setiap tokoh-tokohnya agar menjadi kompleks. Kompleksitas itu dihadirkan pengarang melalui perbedaan watak setiap tokoh. 

Hardy (dalam Sukada 2013:72) mengatakan bahwa aspek perwatakan merupakan imaji penulis dalam membentuk suatu personalitas tertentu dalam ceritanya. Pembaca harus merasakan bahwa tokoh-tokoh tersebut berkelakuan seperti dalam kehidupan sebenarnya.

Secara umum penokohan dapat dilukiskan melalui dua cara yaitu konkret dan abstrak. Penokohan secara konkret adalah penggambaran tokoh yang dapat dilihat dari gerak-gerik atau perilakunya. Sementara dalam bentuk abstrak adalah penggambaran watak tokoh yang dapat dilihat melalui keyakinan, idiologi, dan cara berpikirnya. 

Sehandi (2016:55) mengemukakan bahwa watak atau karakter tokoh dilukiskan pengarang dengan cara langsung maupun tidak langsung.

Sementara Lajos Egri dalam Ratna (2014:249) mengemukakan penokohan dapat dilukiskan melalui tiga cara yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Penokohan yang dilukiskan secara fisiologis adalah penggambaran watak tokoh melalui aspek-aspek fisik seperti tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, dan cara berjalan. 

Penokohan yang dilukiskan secara sosiologis adalah penggambaran watak tokoh melalui cara tokoh hidup didalam lingkungan masyrakat. Penokohan yang dilukiskan secara psikologis adalah penggambaran watak tokoh melalui gejala-gejala pikiran, perasaan, dan keinginannya. Sebenarnya, kedua pendapat ahli di atas memiliki kesamaan, hanya saja berbeda dalam pengungkapan istilahnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penokohan adalah tabeat, watak atau karakter, perilaku, dan cara berpikir tokoh yang ditampilkan sepanjang kisah itu diceritakan. Penokohan dalam cerita bersifat fiktif dan dibuat-buat oleh pengarang. Namun tokoh tersebut merupakan representasi watak-watak tokoh dalam kehidupan nyata. Perwatakan setiap tokoh dalam suatu cerita tidak selalu sama, tetapi berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk memberikan kompleksitas perwatakan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita ada tiga cara untuk melukiskan watak, sikap, dan cara berpikir tokoh. Ketiga pelukisan itu yaitu secara fisiologis, sosiologis, dan psikologis.


Sumber: Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Sekian uraian tentang Pengertian Penokohan Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian Pantun Menurut Para Ahli

Hidayati (2010) menyatakan bahwa “Pantun merupakan salah satu jenis puisi Melayu lama yang secara luas dikenal Ditanah Air kita”. Pantun pada awalnya merupakan sastra lisan, tetapi sekarang banyak dijumpai pantun yang tertulis.

Budiono (2010) menyatakan bahwa “Pantun adalah suatu bentuk puisi lama yang khas dari indonesia”. Dalam bahasa Melayu, pantun berarti quatrain, yaitu sajak yang berbaris empat, yang bersajak a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga ikatan pantun yang terdiri dari enam ada delapan baris dengan persajakan a-b-c-a-b-c dan a-b-c-d-a-b-c-d. setiap bait pantun isi pokoknya terdapat dalam kedua baris yang terakhir. 

Dalam dua baris itu disimpulkan dengan pendek dan indah sesuatu pikiran, perasaan, nasihat, kebenaran, pernyataan dan lain-lain. Dua baris inilah yang disebut baris isi. Dua baris diawalnya disebut dengan sampiran.

Pikiran atau perasaan yang terdapat dalam pantun itu dibangun oleh tiga hal, yaitu aspek irama, aspek bunyi, aspek isi, sesuatu dikatakan berirama apabila geraknya teratur. Maksudnya, dalam dua baris pantun yang awalnya disediakan atau dibayangi irama yang akan mengikat pikiran atau perasaan yang hendak diucapkan dalam dua baris berikutnya.

Selanjutnya, bunyi kata-kata yang dipakai pantun itu menyediakan kalbu kita untuk menerima isi pikiran atau perasaan yang diucapkan dalam dua baris yang berikut. Kedua barisnyang pertama itu dapat pula meningkatkan perkataan itu sekaligus. 

Gambar: Pengertian Pantun
Dari beberapa pengertian pantun yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pantun adalah bentuk puisi melayu (lama yang tiap bait biasanya terdiri dari empat baris atau lebih yang bersajak a-b-a-b, a-b-c-d, a-a-a-a, dan b-b-b-b, tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi).

Contoh Pantun :

Elok-elok menyebrang
Jangan sampai titian patah
Elok-elok dirantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Dua baris pertama disebut sampiran
Dua baris terakhir dinamai sebagai bagian isi.

Ciri-Ciri Pantun
Sudarma (2010:24) menyatakan bahwa pantun adalah jenis puisi melayu lama yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. setiap bait terdiri dari empat larik (baris)
  2. berirama (bersajak) ab-ab
  3. larik pertama dan kedua berupa sampiran, yang biasanya tidak mempunyai hubungan (mengandung maksud dan hanya diambil rimanya saja untuk menyetarakan maksud yang akan dikeluarkan).
  4. larik ketiga dan keempat disebut maksud (isi) pantun, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut karena isi pantun mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh sipemantun.
  5. tiap baris terdiri dari 4 hingga 6 atau 8 sampai 12 suku kata.
Alisjahbana (2010) menyatakan bahwa “fungsi sampiran adalah menyiapkan rima (sajak) dan irama mempermudah pendengar memahami isi pantun”. Ini disebabkan pantun merupakan sastra lisan. Meskipun secara umum sampiran tidak berhubung dengan isi, kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi.


Sumber: Dikutip dari berbagai sumber

Sekian uraian tentang Pengertian Pantun Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian, Ciri dan Contoh Syair

Menurut bahasa, kata syair berasal dari bahasa Arab diambil dari fi'il madli sya'ara. Sya'ara, Yasy'uru, Syi'ran. Syi'ran (Syi'ir) adalah isim masdar dan sudah dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi syair. Kata syair menurut bahasa mempunyai arti Asy Syu'ur atau Al Ihsas yaitu rasa (perasaan).

Jadi seseorang penyair ialah orang yang mampu mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya.

Gambar: Pengertian Syair

Sedangkan pengertian syair menurut istilah, sebagai berikut:
  1. Muhammad Husein Az Ziyat mengemukakan ta'rifnya sebagai berikut: Syair adalah sebuah ungkapan yang disusun dalam bentuk sajak dengan mengungkapkan khayalan yang indah dan gambaran-gambaran yang berkesan.
  2. Yusuf Ali Al Muhdar memberikan definisi syair sebagai berikut: syair adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal.

Dari kedua pengertian diatasn dapat ditarik kesimpulan bahwa syair merupakan gejolak hati yang diungkapkan dalam bentuk gubahan yang indah sekali.


Ciri -Ciri Syair
Ciri-ciri syair di antaranya adalah dalam setiap bait berisi empat baris dan bersajak a-a-a-a. 


Contoh Syair
Berikut ini adalah contoh sebait syair.
.....
Akan Rahmah putri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap manis barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan


Sumber:
Yunus Ali Al Muhdar dan H. Bey Arifin, Sejarah Kesusateraan Arab, Bina Ilmu, 1983.

Sekian uraian tentang Pengertian, Ciri dan Contoh Syair, semoga bermanfaat.

Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Pengertian Novel - Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi (Tarigan, 1991: 164-165).

Nurgiyantoro (2010: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya.

Biasanya novel kerap disebut sebagai suatu karya yang hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1984: 65) yaitu sedang novel sering diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa percintaan; atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya.

Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita; pen.), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.

Unsur Intrinsik Novel
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (2010 : 23) yaitu, unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Unsur intrinsik suatu karya fiksi disebut juga sebagai unsur struktur cerita-rekaan (fiksi). Unsur tersebut meliputi lima hal, yaitu (1) alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) pusat pengisahan, dan (5) gaya bahasa. Hal ini sesuai oleh pendapat Esten (2013: 25) berikut.

Pengertian Novel
Beberapa unsur struktur cerita-rekaan sebagai berikut.
1. Alur
2. Penokohan/Perwatakan
3. Latar
4. Pusat Pengisahan (Point Of View)
5. Gaya Bahasa

Saad (1966) dalam Sukada (2013: 62) menyebut unsur-unsur penting struktur sebuah cerita rekaan meliputi:
(a) tema,
(b) penokohan,
(c) latar, dan
(d) pusat pegisahan.

Sumardjo (1984: 54) mengemukakan unsur-unsur fiksi meliputi tujuh hal. Hal-hal yang dimaksud yakni: 
1) plot (alur cerita),
2) karakter (perwatakan),
3) tema (pokok pembicaraan),
4) setting (tempat terjadinya cerita),
5) suasana cerita,
6) gaya cerita,
7) sudut pandangan pencerita.

Sumber
Nurgiyantoro, Burhan. 2010a. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.


Sekian uraian tentang Pengertian Novel Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian Peradaban Menurut Para Ahli

Pengertian Peradaban - Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.

Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan ilmu teknik untuk kegunaan praktis. Peradaban sebagai suatu perwujudan budaya yang didasarkan pada akal (rasio) semata-mata dengan mengabaikan nurani akan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, nurani, dan kehendak sebagai kesatuan yang utuh.

Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.

Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor: Pendidikan, Kemajuan teknologi Ilmu pengetahuan.


Pengertian Peradaban Menurut Para Ahli
Arnold Toynbee : Arnold Toynbee dalam bukunya "The Disintegrations of Civilization" dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal 1355 menyatakan peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.

Pengertian lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).

Albion Small
Peradaban adalah kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Sementara itu, kebudayaan mengacu pada kemampuan manusia dalam mengendalikan alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Albion Small, yang mengatakan bahwa peradaban berhubungan dengan suatu perbaikan yang bersifat kualitatif dan menyangkut kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan mengacu pada suatu yang bersifat material, faktual, relefan, dan konkret.

Huntington
Peradaban adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui dalam unsur-unsur objektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif.

Berangkat pada definisi ini, maka masyarakat Amerika-khususnya Amerika Serikat dan Eropa yang sejauh ini disatukan oleh bahasa, budaya, dan agama dapat diklasifikasikan sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat.

Prof Dr. Koentjaraningrat
Peradaban adalah bagian-bagian yang halus dan indah seperti seni. Masyarakat yang telah maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan dimana pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.

Ciri-ciri Umum Peradaban
Pembangunan kota-kota baru dengan tata ruang yang baik, indah, dan modern  Sistem pemerintahan yang tertib karena terdapat hukum dan peraturan. Berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, arsitektur, kesenian, ilmu ukur, keagamaan, dan lain-lainnya.

Masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan strata sosial yang lebih kompleks.

Pengertian Peradaban
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
1. Gagasan (Wujud Ideal)
2. Aktivitas (Tindakan)
3. Artefak (Karya)


Sekian uraian tentang Pengertian Peradaban menurut para ahli, semoga bermanfaat..

Pengertian Tema

Pengertian Tema -  Menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan. Dalam kehidupan sehari-hari kata tema sering dikacaukan pula pemakaiannya dengan istilah topik.

Kata topic juga berasal dari kata Yunani topoi yang berarti tempat. Aristoteles, yang dianggap sebagai salah seorang tokoh retorika jaman klasik, menegaskan bahwa untuk membuktikan sesuatu mula-mula harus ditentukan dan dibatasi topoi tempat berlangsungnya suatu peristiwa. 

Dalam batas-batas yang telah ditentukan tadi, penulis harus menemukan: manusia, interaksi, dan fakta-fakta lainnya yang menimbulkan atau bersangkutan dengan peristiwa baru.

Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut proses penyusunan sebuah karangan. 

Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang membaca sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu. Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang akan dirumuskan itu pada hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. 

Diatas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topic tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. 
Pengertian Tema
Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu rumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Panjang tema tergantung dari beberapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama, dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya dapat berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula, kedudukan tema secara lebih konkrit dapat kita lihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alenia. 

Kalimat topik merupakan temadari alenia itu. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimattopik atau tema alinea tersebut.

Sekian uraian tentang Pengertian Tema, semoga bermanfaat.

Pengertian Resensi Buku Menurut Para Ahli

Pengertian Resensi Buku - Dalam buku The Oxford to the English Literature, kata resensi berasal dari bahasa Perancis revue, sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut review. Resensi ialah: 1) penelitian secara umum mengenai berbagai hal , 2) artikel yang biasa ada di koran, majalah, atau terbitan-terbitan berkala lain yang menawarkan kritik penilaian tentang sebuah buku, gambar artikel, drama (biasanya pertunjukkan langsung di radio atau televisi), film atau produk-produk elektronik lain. Dalam konteks ini istilah resensi dan kritik biasanya sama, 3) majalah-majalah atau jurnal yang mencetak hanya tentang resensi atau sebagian besar resensi.

Menurut Gorys Keraf dalam buku Komposisi, resensi dalam arti sempit, yaitu suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Sedangkan dalam arti yang lebih luas, yaitu pertimbangan-pertimbangan terhadap karya-karya seni lainnya, seperti drama, film, sebuah pementasan, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi merupakan pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku. 

Pendapat lain mengenai resensi dikemukakan oleh Widjono dalam buku Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Menurut Widjono resensi adalah ulasan atau penilaian sebuah hasil karya, buku, film produk teknologi, dan lain-lain. Penilaian ini menyajikan kualitas sebuah karya, baik yang berhubungan dengan kualitas yang terkait dengan keunggulan maupun kekurangan-kekurangannya.

Mukhsin Ahmadi menggunakan istilah revidu dalam arti yang berarti sama dengan resensi. Ia memberikan istilah revidu dalam arti yang khusus dan yang lebih umum. Dalam arti khusus revidu adalah suatu uraian informatif tentang isi dan kualitas suatu buku atau karangan, seperti novel, cerpen, drama atau lakon lukisan atau bentuk-bentuk karya seni lainnya. Dalam arti yang umum suatu revidu boleh saja berupa uraian tentang suatu peristiwa.

Resensi menurut Eka Budianta merupakan bentuk artikel yang paling sederhana. Kurniawan Djunaedi dalam Ensiklopedia Pres Indonesia mengungkapkan bahwa resensi adalah suatu pendapat subjektif yang lebih merupakan kupasan tentang suatu hasil penelitian. 

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, admin mencoba memberikan simpulan bahwa resensi buku adalah suatu tulisan atau ulasan yang memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap suatu buku, yang mengemukakan pertimbangan keunggulan dan kekurangan dari karya/buku tersebut.


Sekian uraian tentang Pengertian Resensi Buku Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.

Pengertian dan Bagian-bagian Surat

Pengertian Surat - Dalam kehidupan seperti sekarang ini selain komunikasi yang dilakukan secara lisan, komunikasi tulis mutlak pula diperlukan oleh masyarakat modern untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari – hari, dan dalam komunikasi tulis salah satu media yang paling banyak dipakai adalah surat.

Secara umum surat dapat dikatakan sebagai alat untuk menyampaikan maksud tertentu dari penulisannya secara tertulis (Lamuddin Finosa, 1991). Dan dalam arti sehari – hari surat umumnya hanya dikenal sebagai alat untuk menyampaikan berita secar tertulis. Sedangkan pengertian surat yang lebih luas memiliki fungsi sebagai penyampai informasi tertulis rekaman berita berupa catatan tentang suatu aktivitas baik itu aktivitas pribadi ataupun suatu organisasi. Selain itu surat juga berfungsi sebagai tanda bukti tertulis, alat pengingat, pedoman untuk bertindak, keterangan pengamatan, duta atau wakil organisasi, dokumentasi historis dari suatu kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas maka surat dapat didefinisikan sebagai suatu informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu yang berlaku khusus pada bidang surat menyurat. Sedangkan penyampaian maksud melalui surat dari satu pihak ke pihak lain dapat atas nama perseorangan atau pribadi dan dapat pula atas nama jabatan seseorang dalam suatu organisasi. Kegiatan saling berkirim surat baik oleh perseorangan maupun organisasi disebut surat menyurat atau korespondensi. Dan pelakunya disebut koresponden dimana yang biasa melakukan adalah para pegawai, namun pimpinan dan staf lain juga perlu menguasainya karena mereka juga akan terlibat dalam proses kegiatan surat menyurat tersebut.

|Bagian – Bagian Surat|Pada umumnya surat terdiri atas empat komponen utama yaitu kop surat (kepala surat), leher surat, badan surat, dan kaki surat. Setiap komponen memiliki fungsi sendiri dlam memprkenalkan dan mengomunikasikan pesan si pengirim kepada si penerima surat. Untuk lebih jelasnya bagian – bagian surat dapat diuraikan sebagai berikut :
 
1. Kepala surat
Pada umumnya, organisasi, badan hokum, dan perusahaan memiliki kertas kop surat. Berikut ini adalah fungsi dari kepala atau kop surat.

  •  Sebagai identitas : Pada kop surat tercantum logo atau lambing perusahaan atau instansi. Logo atau lambing ini dipilih dan dirancang dengan cermat agar memberi kesan yang baik, mudah diingat, khas, berwibawa, dan mewakili perusahaan yang dilambangkannya.
  • Sebagai pemberi informasi : Kop surat yang lengkap mencantumkan nama perusahaan atau instansi, logo, bidang usaha atau jenis aktivitas yang dijalani, alamat lengkap, nomor telepon, kotak pos, facsimile dan kantor cabang sehingga dapat memberikan informasi yang jelas kepada pembaca mengenai perusahaan atau instansi pengirimnya.
2. Tanggal surat
Tanggal surat sebaiknya ditulis dengan lengkap, yaitu dengan mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun. Fungsi tanggal surat adalah sebagai berikut :

  • Mempermudah penetapan waktu membalasnya.
  • Mempermudah pengingatan kembali dan pengagendaannya bagi si penerima
  • Sebagai referensi dan petunjuk bagi petugas administrasi dan kearsipan.
3. Nomor surat
Nomor surat berfungsi sebagai berikut :

  • Referensi atau petunjuk bagi petugas kearsipan.
  • Petunjuk unit atau departemen asal surat.
  • Mengetahui jumlah surat keluar pada suatu periode tertentu.
  • Memudahkan pengaturan dan pencarian jika surat diperlukan kembali.
4. Perihal surat
Perihal atau hal merupakan petunjuk mengenai intisari atau poko isi surat. Fungsinya sebagai penyimpul pokok isi atau intisari surat, sehingga memudahkan penerima mengetahui pokok permasalahan dan memberikan jawaban.

5. Lampiran
Lampiran ini berfungsi sebagai petunjuk mengenai dokumen yang menyertai surat. Lampiran ditempatkan dibawah dan sejajar dengna nama jabatan, sedangkan dalam surat – surat pemerintah penulisannya setelah penulisan nomor surat.

6. Alamat yang dituju.
Alamat yang dituju berfungsi sebagai pemberi informasi pada si pengantar agar tidak mengalami kesulitan dalam pengiriman surat.

7. Kalimat pembuka
Kalimat pembuka berfungsi sebagai pengantar isi surat yang sesungguhnya agar si penerima mengetahui alasan dikirimnya surat tersebut.

8. Isi surat
Isi surat merupakan uraian mengenai maksud pembuatan surat dan hal – hal yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu, surat harus diutarakan dengan jelas dan tidak bertele – tele dan harus sama dengan yang dinyatakan dalam perihal atau hal.

9. Kalimat penutup
Kalimat penutup berfungsi sebagai ucapan terima kasih, penegasan, penghargaan atau pengarahan.

10. Salam penutup
Salam penutup berfungsi sebagai tanda bahwa pembicaraan selesai dan surat siap ditandatangani.

Sumber:
Finoza, Lamuddin.1991. Aneka Surat Sekretaris dan Bisnis Indonesia.  Jakarta: Diksi   Insan Mulia.

 
Gambar
Pengertian dan Bagian-bagian Surat

Sekian uraian tentang Pengertian dan Bagian-bagian Surat, semoga bermanfaat.

Pengertian, Ciri-Ciri dan Contoh Gurindam

Gurindam adalah salah satu jenis karya sastra puisi lama atau satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Ciri-Ciri Gurindam

  1. Tiap bait terdiri dari dua baris
  2. Bersajak a-a
  3. Setiap bait berisi nasihat
  4. Mengandung ajaran moral dan agama
  5. Hubungan larik pertama dengan larik kedua membentuk hubungan sebab-akibat
  6. Isi terdapat pada larik ke dua
Jenis-jenis Gurindam 
  1. Gurindam serangkap 2 baris
  2. Gurindam serangkap 4 baris
  3. Gurindam bebas
Contoh Gurindam Serangkap Dua Baris
Orang yang rajin membaca buku,
Banyak ilmu ia tahu.
 
Contoh Gurindam Serangkap Empat Baris
Tiada siapa yang besar, 
Tiada siapa yang tinggi,
Tetap sama sedasar,
Tidaklah berbeza lagi
Jangan takut dan gentar,
Mati hanya sekali,
Jangan bertukar berkisar,
Tetap di lapangan mengendali.

Contoh Gurindam Bebas
Pangkalnya sama dipupuk,
Pucuknya sama digentis,
Buahnya sama ditarik,
Ke bukit sama didaki,
Ke lurah sama dituruni,
Ke laut sama direnangkan 


Sumber:

Haji, Raja Ali, 2004, Gurindam Duabelas dan Syair Sinar Gemala Mustika Alam, Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Bahasa Melayu.
 
Gambar
Pengertian Gurindam

Sekian uraian tentang Pengertian, Ciri-Ciri dan Contoh Gurindam, semoga bermanfaat.

Pengertian Diksi

|Pembahasan Mengenai Pengertian Diksi Menurut Para Ahli|

Pengertian Diksi

Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2008: 22-23). Seorang pengarang ketika menentukan suatu kata dalam menulis, ternyata tidak asal dalam memilih kata, namun demikian kata yang akan dipilih itu akan diikuti dengan berbagai hal yang melingkupinya. Hal tersebut menyangkut dimana, kapan, dan tujuannya apa menggunakan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberi corak atau warna agar menarik perhatian pembaca, dengan syarat maksud atau pesan yang ingin disampaikan pengarang itu bisa tersampaikan. 

Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal memasukan kosa kata yang dimiliki itu dalam tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu,
  1. pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
  2. pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
  3. pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Berbeda dengan pendapat Keraf, Enre (1988: 102) menjelaskan bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Lebih lanjut, Achmadi (1990: 136) memberikan definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan.

Mustakim (1994: 41) membedakan antara istilah pemilihan kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil proses atau tindakan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata dan penggunaan kata secara tepat dengan ide atau gagasan untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain dan dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik secara lisan maupun secara tertulis untuk memunculkan fungsi atau efek tersendiri bagi pembaca.

Sumber: 

Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gambar. Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Sekian uraian tentang Pengertian Diksi, semoga bermanfaat.

Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

Apa Itu Puisi?

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10). 

Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)). 

Ada beberapa pengertian lain. 
  1. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. 
  2. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. 
  3. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. 
  4. William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. 
  5. Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang. 
  6. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. 
  7. Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.
Pengertian Puisi

Referensi:
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Sekian Pengertian Puisi, Semoga Bermanfaat..!

Pengertian Drama Menurut Para Ahli

Apa Itu Drama?

Pengertian Drama|| Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.

Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.

Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).

Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.

Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.

Menurut Krauss (1999: 249) dalam bukunya Verstehen und Gestalten, “Gesang und Tanz des altgriechischen Kultus stammende künstlerische Darstellungsform, in der auf der Bühne im Klar gegliederten dramatischen Dialog ein Konflikt und seine Lӧsung dargestellt wird. (drama adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyanyian dan tarian ibadat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan jelas terorganisasi dialog dramatis, sebuah konflik dan penyelesaiannya digambarkan di atas panggung). 

Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.

Pengertian Drama
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.

Referensi:
Krauss, Hedwig. 1999: Verstehen und Gestalten. München: Franzis Print and Media GmbH.

Sekian Pengertian Drama, Semoga Bermanfaat..!

Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

Apa Itu Sastra?

Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) seperti literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur (bahasa Jerman), dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari kata litteratura (bahasa Latin) yang sebenarnya tercipta dari terjemahan kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti huruf (tulisan atau letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal adanya istilah belles-lettres untuk menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah belles-lettres tersebut juga digunakan dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan, sedangkan dalam bahasa Belanda terdapat istilah bellettrie untuk merujuk makna belles-lettres. Dijelaskan juga, sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata sas, berarti mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra tersebut mendapat akhiran tra yang biasanya digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Sehingga, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau pengajaran. Sebuah kata lain yang juga diambil dari bahasa Sansekerta adalah kata pustaka yang secara luas berarti buku (Teeuw, 1984: 22-23).

Pengertian Sastra

Sumardjo & Saini (1997) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia. 

Menurut Saryono (2009) sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut mampu mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya (Saryono, 2009: 20). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial (Luxemburg, 1984: 23). Hal itu dikarenakan sastra ditulis dalam kurun waktu tertentu yang langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu dan pengarang sastra merupakan bagian dari suatu masyarakat atau menempatkan dirinya sebagai anggota dari masyarakat tersebut.

Dunia kesastraan juga mengenal karya sastra yang berdasarkan cerita atau realita. Karya yang demikian menurut Abrams (via Nurgyantoro, 2009) disebut sebagai fiksi historis (historcal fiction) jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis (biografical fiction) jika berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains sains (science fiction) jika penulisannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Ketiga jenis ini disebut fiksi nonfiksi (nonfiction fiction). 

Menurut pandangan Sugihastuti (2007) karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.

Referensi:
Sumardjo, Jacob & Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sekian uraian tentang Pengertian Sastra Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat..!